Dukung Palestina, PM Golob menyinggung kemerdekaan Slovenia dari Yugoslavia.

Perdana Menteri Slovakia, Robert Golob.

Pemerintah Slovenia secara resmi mengakui negara Palestina pada Selasa (4/6/2024), setelah parlemen memberikan dukungan kuat terhadap langkah tersebut. Slovenia adalah anggota Uni Eropa dan NATO.

Langkah Slovenia ini mengikuti jejak tiga negara Eropa lainnya baru-baru ini, yaitu Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, yang sebelumnya telah mengakui negara Palestina.

Pekan lalu, pemerintah Slovenia mendukung mosi untuk mengakui negara Palestina. Pemerintah kemudian mengajukan proposal tersebut ke Parlemen Slovenia untuk mendapatkan persetujuan akhir yang diperlukan agar keputusan ini bisa diimplementasikan.

Pada hari Selasa, para anggota parlemen memberikan suara dengan 52 suara mendukung dan tidak ada yang menentang pengakuan tersebut dari total 90 kursi. Anggota parlemen lainnya tidak hadir untuk pemungutan suara.

“Rakyat Palestina yang terkasih, keputusan akhir Slovenia hari ini adalah pesan harapan dan perdamaian,” ujar Menteri Luar Negeri Slovenia Tanja Fajon di platform media sosial X, dikutip oleh AP, Kamis (6/6/2024). “Kami yakin bahwa hanya solusi dua negara yang dapat membawa perdamaian abadi di Palestina. Timur Tengah. Slovenia akan terus berupaya tanpa lelah demi keamanan kedua negara, Palestina dan Israel.”

Keputusan Slovenia diambil beberapa hari setelah Spanyol, Norwegia, dan Irlandia mengakui negara Palestina, yang tindakan ini dikecam oleh pemerintah Israel. Sebelumnya, hanya tujuh dari 27 negara anggota Uni Eropa yang secara resmi mengakui negara Palestina.

Lima dari negara-negara tersebut adalah bekas anggota Blok Timur yang mengumumkan pengakuannya pada tahun 1988, termasuk Siprus, sebelum mereka bergabung dengan Uni Eropa. Swedia memberikan pengakuannya pada tahun 2014.

Sebelumnya, oposisi di Slovenia meminta referendum mengenai pengakuan negara Palestina, yang bisa menunda pemungutan suara di parlemen. “Kami mulai berdiskusi dengan sekutu kami tentang pengakuan Palestina pada bulan Februari tahun ini,” kata Perdana Menteri Slovenia, Robert Golob, kepada anggota parlemen sebelum pemungutan suara.

“Saat itu, penilaiannya adalah waktunya belum tepat… kami memperingatkan bahwa kami, sebagai Eropa, memiliki kewajiban untuk bertindak,” tambah Golob. Koalisi yang dipimpin oleh Golob memegang mayoritas di parlemen Slovenia, sehingga pemungutan suara tersebut diperkirakan hanya akan menjadi formalitas.

Golob juga menyinggung kemerdekaan Slovenia dari bekas Yugoslavia pada 1991 dalam pidatonya di parlemen. “Kami, orang Slovenia, telah memimpikan hak ini selama 1.000 tahun. Kami mendapatkannya 33 tahun lalu,” kata Golob. “Sayangnya, bangsa Palestina belum mendapatkan hak tersebut.”

Pemerintah Spanyol menolak ‘pembatasan’ yang diberlakukan oleh Israel terhadap aktivitas konsulat jenderalnya di Yerusalem sebagai respons atas pengakuan Madrid terhadap negara Palestina. Keputusan Spanyol tersebut membuat marah pihak Zionis Israel, yang mengancam akan menutup konsulat Spanyol.

“Kami mengirimkan note verbale kepada pemerintah Israel untuk menolak segala pembatasan terhadap aktivitas normal konsulat jenderal Spanyol di Yerusalem, karena statusnya dijamin oleh hukum internasional dan Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, kepada radio Onda Cero, dikutip oleh Times of Israel, Selasa (4/6/2024).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *