Diplomat tinggi AS Blinken Bertemu Abbas dan Membahas Status Negara Palestina
Menteri Luar Negeri AS melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki dalam perjalanannya yang keempat ke wilayah tersebut sejak perang Gaza dimulai pada 7 Oktober.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, kiri, bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel [Evelyn Hockstein/AP]
- 11 Januari 2024
Dilansir dari Aljazeera, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki, di mana kedua pemimpin membahas rencana pascaperang di Gaza, termasuk langkah-langkah menuju pembentukan negara Palestina.
Kunjungan pada hari Rabu ini merupakan bagian dari perjalanan keempat diplomat tinggi AS tersebut ke wilayah tersebut sejak perang Israel di Gaza dimulai pada tanggal 7 Oktober. Setelah pertemuan tersebut, Blinken melakukan perjalanan mendadak ke Bahrain, sementara Abbas bertemu dengan para pemimpin negara tetangga di Yordania.
Kedatangan Blinken di Ramallah disambut oleh sekelompok pengunjuk rasa yang mengacungkan poster bertuliskan “Hentikan genosida”, “Bebaskan Palestina”, dan “Blinken keluar”. Beberapa orang bentrok dengan pasukan keamanan Palestina yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara.
Blinken membahas upaya untuk “meminimalkan kerugian sipil” di Gaza dan meningkatkan pengiriman bantuan di wilayah kantong yang terkepung, menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS, poin yang dia sampaikan sehari sebelumnya saat berkunjung ke Israel.
Dia juga menyatakan dukungannya terhadap negara Palestina dan mendorong “reformasi administratif” Otoritas Palestina (PA), tambah Departemen Luar Negeri. PA mengatakan Abbas mengatakan kepada Blinken bahwa tidak ada warga Palestina yang boleh mengungsi dari Gaza atau Tepi Barat.
Sementara itu, Hamas menolak kunjungan Blinken ke wilayah tersebut. “Tujuan kunjungan ini adalah untuk mendukung keamanan pendudukan. Tidak ada perbedaan antara Israel dan Amerika,” kata pejabat Hamas Sami Abu Zuhri kepada kantor berita Reuters.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas juga mengatakan bahwa “upaya pejabat AS untuk membenarkan genosida yang dilakukan oleh tentara pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina adalah upaya yang menyedihkan untuk mencuci tangan pendudukan kriminal atas darah anak-anak, wanita dan orang tua di Gaza.”
Dalam tiga bulan perang, lebih dari 23.000 warga Palestina di Gaza tewas akibat pemboman Israel. Perang tersebut dilancarkan setelah pejuang dari Hamas, kelompok yang menguasai Gaza, menyerang komunitas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang di sana.