Penindasan dan serangan yang terjadi di Palestina tidak hanya berdampak secara fisik saja, melainkan juga berpengaruh terhadap mental dan psikis para korban.
Mereka kehilangan perspektif, marah, frustrasi, terhina, dan perasaan terasing yang mengarah pada peningkatan masalah stres mental seperti kecemasan dan depresi (skizofrenia dan bipolar).
Didapati bahwa jumlah pasien psikiatri akibat perang dan pengepungan di Gaza selama 13 tahun terakhir telah meningkat terutama di kalangan anak-anak, ditambah dengan tidak adanya pusat nasional untuk ribuan kasus kesehatan mental di Gaza.
Euro-Mediterranean Human Rights Monitor melaporkan bahwa 91% anak-anak Gaza mengalami trauma sebagai akbibat serangan militer Israel di Jalur Gaza antara 11-21 Mei 2021.
Jumlah itu belum termasuk 33% anak-anak Gaza yang sudah terlebih dahulu mengalami trauma akibat serangan militer Israel sebelumnya. Dilaporkan pula bahwa 241 anak di bawah umur kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya dalam pemboman bulan Mei itu. Sekitar 5.400 anak dikabarkan kehilangan rumah, 4.200 harus menerima kenyataan rumah mereka rusak sebagian, dan 7.200 anak-anak Gaza harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Jadi, keberadaan Rumah Sakit Rehabilitasi Mental di Gaza adalah sebuah kebutuhan mendesak yang harus segera diwujudkan. Aman Palestin berharap kepedulian masyarakat Indonesia dapat terus berlanjut dalam berdonasi untuk memberikan secercah harapan dan membantu meringankan penderitaan rakyat Palestina.
“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) laki-laki dan perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, itu akan dilipat gandakan (pembayaran) bagi mereka dan bagi mereka pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid: 18)
Ayo, bersama-sama kita wujudkan fasilitas kesehatan bagi pemulihan trauma warga Gaza yang setiap hari harus menyaksikan kekejaman tentara militer Israel!