Badan PBB untuk Pengungsi Palestina berada pada Titik Kritis untuk Membantu Palestin
Catherine Colonna, Ketua Kelompok Peninjau Independen di Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB, berbicara kepada pers di markas besar PBB pada 22 Februari 2024 di New York. (AFP)
Dilansir dari arab news, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina pada Kamis memperingatkan bahwa mereka telah mencapai titik kritis dalam upaya mereka mengatasi perang di Gaza.
“Dengan sangat menyesal saya harus memberitahu Anda bahwa UNRWA telah mencapai titik puncaknya,” kata ketua UNRWA Philippe Lazzarini. Ketika donor membekukan pendanaan, Israel memberikan tekanan untuk membubarkan badan tersebut dan kebutuhan kemanusiaan melonjak.
“Kemampuan Badan ini untuk memenuhi mandat yang diberikan melalui resolusi Majelis Umum 302 kini sangat terancam,” katanya dalam suratnya kepada majelis.
Ini adalah resolusi yang mendasari badan tersebut didirikan pada tahun 1949, setelah berdirinya Israel.
UNRWA mempekerjakan sekitar 30.000 orang yang bekerja di wilayah pendudukan, Lebanon, Yordania dan Suriah.
Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang – telah menangguhkan pendanaan untuk UNRWA sebagai tanggapan atas tuduhan Israel bahwa beberapa stafnya ikut serta dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel.
Dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan pada akhir pekan, Lazzarini mengatakan $438 juta telah dibekukan – setara dengan lebih dari setengah dana yang diharapkan untuk tahun 2024. Dia mengatakan Israel melancarkan upaya bersama untuk menghancurkan UNRWA.
PBB memecat para pegawai yang dituduh Israel dan telah memulai penyelidikan internal UNRWA.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menugaskan panel independen untuk menilai apakah UNRWA bertindak netral dalam konflik Israel-Palestina.
Lazzarini menegaskan pada hari Kamis bahwa Israel tidak memberikan bukti terhadap 12 mantan karyawan yang dituduhnya, namun 16 negara tetap menangguhkan pendanaan.
“Saya telah memperingatkan para donor dan negara tuan rumah bahwa tanpa pendanaan baru, operasi UNRWA di seluruh wilayah akan sangat terganggu mulai bulan Maret,” katanya.
Dia menambahkan: “Saya khawatir kita berada di ambang bencana besar yang berdampak besar terhadap perdamaian, keamanan, dan hak asasi manusia di kawasan.”
Perang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut hitungan resmi AFP.
Militan Hamas juga menyandera sekitar 250 orang – 130 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 30 orang diperkirakan tewas, menurut Israel.
Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan sedikitnya 29.410 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut hitungan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza.